a.
Alkaloid
Alkaloid merupakan salah satu metabolit
sekunder yang terdapat pada tumbuhan yang dapat dijumpai pada beberapa bagian
tanaman seperti daun, biji, ranting, dan kulit batang. Alkaloid memiliki efek
dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, mengurangi rasa sakit,
antimikroba, obat penenang, dan dapat digunakan untuk menaikkan tekanan darah.
Alkaloid memiliki kandungan nitrogen sebagai bagian sistem siklik dan
substituen yang bervariasi seperti gugus amina, amida, fenol, dan juga metoksi.
Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam
kloroform, eter, dan pelarut organik lainnya yang bersifat relatif non polar.
Alkaloid bersifat basa, tidak berwarna, memiliki rasa pahit, mengandung satu
atau lebih atom nitrogen, dan biasanya merupakan gabungan dari sistem siklik.
Beberapa jenis alkaloid beracun bagi manusia, namun dengan adanya aktivitas
fisiologis yang berbeda-beda dari alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai
pengobatan. Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah dengan menggangu
komponen penyususun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding
sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.
b.
Polifenol
Polifenol merupakan senyawa turunan dari
senyawa fenol yang memiliki aktivitas utama sebagai antioksidan. Antioksidan
fenolik biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat reaksi
oksidasi pada makanan, kosmetik, dan farmasi. Selain untuk mencegah reaksi
oksidasi, fungsi lain polifenol adalah menangkap dan mengikat radikal bebas.
Golongan kimia fenolik saangat mudah larut dalam air dan lemak serta dapat
bereaksi dengan vitamin C dan vitamin E. Pada daun 12 cincau hijau (Cyclea barbata), kandungan
polifenol memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan daun lainnya seperti
daun kelor. Fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri,
sehingga aktivitas sel terganggu dan menyebabkan kematian Sel.
c.
Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok
senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan
tanaman. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin
aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen
(Gambar 3). Bentuk sederhana dari cincin-cincin ini dijadikan sebagai dasar
pembagian flavooid ke dalam sub-sub kelompoknya. Flavonoid meerupakan
antioksidan yang berpotensi untuk mencegah pembentukan radikal bebas. Selain
itu, flavonoid mempunyai peran sebagai antibakteri dan juga sebagai antivirus.
Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang
tidak tersubtitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat dapat
digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan. Senyawa flavonoid
termasuk senyawa fenol sehingga dapat berubah warna saat dicampur dengan basa
atau amonia. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang
umunya tersebar pada tumbuhan dengan berbagai fungsi dan terdapat 13 pada
beberapa bagian tumbuhan diantaranya buah, akar, daun, dan kulit batang.
Flavonoid merupakan pigmen pada tanaman yang meproduksi warna-warna tertentu.
Flavonoid pada tanamanditemukan sebagai glikosida dengan beberapa kelompok
hidroksil fenolik bergabung bersama gula. Ikatan dengan gugus gula inilah yang
menyebabkan flavonoid bersifat polar (Simaremare, 2014). Flavonoid bekerja
sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan
mampu menghambat motilitas bakteri. Flavonoid bekerja dengan cara menggangu
pengikatan hidrogen pada asam nukleat sehingga proses sintesis DNA dan RNA
terhambat. Flavonoid juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dengan cara
menggangu kestabilan membran sel dan metabolisme energi bakteri.
Ketidakstabilan ini terjadi akibat adanya perubahan sifat hidrofilik dan
hidrofobik membran sel, sehingga fluiditas membran sel berkurang yang berakibat
pada gangguan pertukaran cairan dalam sel dan menyebabkan kematian sel bakteri.
Struktur dasar flavonoid Keterangan: Flavonoid tersusun atas 15 kerangka karbon
yang terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan dengan cincin piran
heterosiklik 14.
d.
Tanin
Tanin merupakan ssenyawa yang dapat larut
dalam air, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidak dapat larut dalam
petroleum eter, benzeene, dan eter. Tanin digolongkan menjadi dua jenis secara
kimia yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkonsensasi
terdapat pada seluruh tumbuhan paku-pakuan dan juga gimnospermae serta
angiospermae terutama pada jenis tumbuhan berkayu, sedangkan tanin
terhidrolisis hanya terdapat pada tumbuhan-tumbuhan berkeping dua. Senyawa
tanin terdiri dari senyawa fenolik yang susah dipisahkan dan sukar mengkristal
(Gambar 4), fungsi utama tanin adalah sebagai antioksidan biologis . Tanin
merupakan senyawa metabolit sekunder yang akan cenderung bersifat polar
(Septiana dan Asnani, 2012). Tanin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan,
sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan
permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya
menyebabkan kematian sel. Tanin memiliki
ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada senyawa polifenol dan memiliki gugus
OH.
e.
Saponin
Saponin merupakan golongan glikosida
triterpena dan sterol yang memiliki ikatan glikosida. Ikatan glikosida tersebut
menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar. Saponin memiliki sifat seperti
sabun dan memiliki rasa yang getir atau pahit. Senyawa ini akan terdeteksi
berdasarkan adanya busa atau buih karena dapat membentuk larutan koloidal dalam
air dan kemampuannya untuk menghemolisis darah. Mekanisme penghambatan
pertumbuhan bakteri pada senyawa saponin adalah dengan menurunkan tegangan
permukaan pada membran sel sehingga mengakibatkan senyawa intraseluler pada sel
akan keluar dan menyebabkan kematian sel. Secara umum terdiri dari unsur C dan
H dengan rumus molekul (C5H8)n.
f.
Steroid
Steroid memiliki struktur yang sama dengan
triterpenoid tetrasiklik, tetapi memiliki perbedaan pada metil C-4 dan C-14.
Steroid memiliki senyawa sapogenin steroid, steroidaal alkaloid, dan glikosida
jantung. Senyawa triterpenoid dan steroid memiliki sifat polaritas yang sama yaitu
nonpolar (Balafif dkk., 2013). Mekanisme antibakteri steroid yaitu menghambat
sintesis dinding sel bakteri dengan cara merusak lapisan membran sehingga
menyebabkan kebocoran pada liposom (penyusun dinding sel bakteri). Secara umum
terdiri dari 3 cincin sikloheksana terpadu dan cincin siklopentana yang
tergabung pada cincin sikloheksana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar