Selasa, 20 Agustus 2019

Kandungan cincau hijau serta penjelasannya






a.       Alkaloid
Alkaloid merupakan salah satu metabolit sekunder yang terdapat pada tumbuhan yang dapat dijumpai pada beberapa bagian tanaman seperti daun, biji, ranting, dan kulit batang. Alkaloid memiliki efek dalam bidang kesehatan berupa pemicu sistem saraf, mengurangi rasa sakit, antimikroba, obat penenang, dan dapat digunakan untuk menaikkan tekanan darah. Alkaloid memiliki kandungan nitrogen sebagai bagian sistem siklik dan substituen yang bervariasi seperti gugus amina, amida, fenol, dan juga metoksi. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter, dan pelarut organik lainnya yang bersifat relatif non polar. Alkaloid bersifat basa, tidak berwarna, memiliki rasa pahit, mengandung satu atau lebih atom nitrogen, dan biasanya merupakan gabungan dari sistem siklik. Beberapa jenis alkaloid beracun bagi manusia, namun dengan adanya aktivitas fisiologis yang berbeda-beda dari alkaloid dapat dimanfaatkan sebagai pengobatan. Mekanisme kerja antibakteri dari alkaloid adalah dengan menggangu komponen penyususun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.

b.      Polifenol
Polifenol merupakan senyawa turunan dari senyawa fenol yang memiliki aktivitas utama sebagai antioksidan. Antioksidan fenolik biasanya digunakan untuk mencegah terjadinya kerusakan akibat reaksi oksidasi pada makanan, kosmetik, dan farmasi. Selain untuk mencegah reaksi oksidasi, fungsi lain polifenol adalah menangkap dan mengikat radikal bebas. Golongan kimia fenolik saangat mudah larut dalam air dan lemak serta dapat bereaksi dengan vitamin C dan vitamin E. Pada daun  12 cincau hijau (Cyclea barbata), kandungan polifenol memiliki jumlah yang lebih kecil dibandingkan daun lainnya seperti daun kelor. Fenol bekerja dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri, sehingga aktivitas sel terganggu dan menyebabkan kematian Sel.
c.       Flavonoid
Flavonoid merupakan salah satu kelompok senyawa metabolit sekunder yang paling banyak ditemukan di dalam jaringan tanaman. Kerangka flavonoid terdiri atas satu cincin aromatik A, satu cincin aromatik B, dan cincin tengah berupa heterosiklik yang mengandung oksigen (Gambar 3). Bentuk sederhana dari cincin-cincin ini dijadikan sebagai dasar pembagian flavooid ke dalam sub-sub kelompoknya. Flavonoid meerupakan antioksidan yang berpotensi untuk mencegah pembentukan radikal bebas. Selain itu, flavonoid mempunyai peran sebagai antibakteri dan juga sebagai antivirus. Flavonoid merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil yang tidak tersubtitusi. Pelarut polar seperti etanol, metanol, etilasetat dapat digunakan untuk mengekstrak flavonoid dari jaringan tumbuhan. Senyawa flavonoid termasuk senyawa fenol sehingga dapat berubah warna saat dicampur dengan basa atau amonia. Flavonoid adalah senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umunya tersebar pada tumbuhan dengan berbagai fungsi dan terdapat 13 pada beberapa bagian tumbuhan diantaranya buah, akar, daun, dan kulit batang. Flavonoid merupakan pigmen pada tanaman yang meproduksi warna-warna tertentu. Flavonoid pada tanamanditemukan sebagai glikosida dengan beberapa kelompok hidroksil fenolik bergabung bersama gula. Ikatan dengan gugus gula inilah yang menyebabkan flavonoid bersifat polar (Simaremare, 2014). Flavonoid bekerja sebagai antibakteri dengan cara menghambat sintesis asam nukleat bakteri dan mampu menghambat motilitas bakteri. Flavonoid bekerja dengan cara menggangu pengikatan hidrogen pada asam nukleat sehingga proses sintesis DNA dan RNA terhambat. Flavonoid juga dapat mencegah pertumbuhan bakteri dengan cara menggangu kestabilan membran sel dan metabolisme energi bakteri. Ketidakstabilan ini terjadi akibat adanya perubahan sifat hidrofilik dan hidrofobik membran sel, sehingga fluiditas membran sel berkurang yang berakibat pada gangguan pertukaran cairan dalam sel dan menyebabkan kematian sel bakteri. Struktur dasar flavonoid Keterangan: Flavonoid tersusun atas 15 kerangka karbon yang terdiri dari 2 cincin benzena yang dihubungkan dengan cincin piran heterosiklik 14.

d.      Tanin
Tanin merupakan ssenyawa yang dapat larut dalam air, gliserol, alkohol, dan hidroalkohol, tetapi tidak dapat larut dalam petroleum eter, benzeene, dan eter. Tanin digolongkan menjadi dua jenis secara kimia yaitu tanin terkondensasi dan tanin terhidrolisis. Tanin terkonsensasi terdapat pada seluruh tumbuhan paku-pakuan dan juga gimnospermae serta angiospermae terutama pada jenis tumbuhan berkayu, sedangkan tanin terhidrolisis hanya terdapat pada tumbuhan-tumbuhan berkeping dua. Senyawa tanin terdiri dari senyawa fenolik yang susah dipisahkan dan sukar mengkristal (Gambar 4), fungsi utama tanin adalah sebagai antioksidan biologis . Tanin merupakan senyawa metabolit sekunder yang akan cenderung bersifat polar (Septiana dan Asnani, 2012). Tanin bekerja dengan cara menghambat pertumbuhan bakteri dengan mengadakan denaturasi protein dan menurunkan tegangan permukaan, sehingga permeabilitas bakteri meningkat. Kerusakan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri menyebabkan pertumbuhan sel terhambat dan akhirnya menyebabkan kematian sel.  Tanin memiliki ikatan rangkap dua yang terkonjugasi pada senyawa polifenol dan memiliki gugus OH.

e.      Saponin
Saponin merupakan golongan glikosida triterpena dan sterol yang memiliki ikatan glikosida. Ikatan glikosida tersebut menyebabkan senyawa ini cenderung bersifat polar. Saponin memiliki sifat seperti sabun dan memiliki rasa yang getir atau pahit. Senyawa ini akan terdeteksi berdasarkan adanya busa atau buih karena dapat membentuk larutan koloidal dalam air dan kemampuannya untuk menghemolisis darah. Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri pada senyawa saponin adalah dengan menurunkan tegangan permukaan pada membran sel sehingga mengakibatkan senyawa intraseluler pada sel akan keluar dan menyebabkan kematian sel. Secara umum terdiri dari unsur C dan H dengan rumus molekul (C5H8)n.
f.        Steroid
Steroid memiliki struktur yang sama dengan triterpenoid tetrasiklik, tetapi memiliki perbedaan pada metil C-4 dan C-14. Steroid memiliki senyawa sapogenin steroid, steroidaal alkaloid, dan glikosida jantung. Senyawa triterpenoid dan steroid memiliki sifat polaritas yang sama yaitu nonpolar (Balafif dkk., 2013). Mekanisme antibakteri steroid yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan cara merusak lapisan membran sehingga menyebabkan kebocoran pada liposom (penyusun dinding sel bakteri). Secara umum terdiri dari 3 cincin sikloheksana terpadu dan cincin siklopentana yang tergabung pada cincin sikloheksana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar